Budi daya
“belimbing”
Oleh:
Anik Nur Laili
XI IPA I/01
Sekolah Menengah Negeri 1 Jetis
2012/2013
1.
SEJARAH SINGKAT
Belimbing merupakan tanaman
buah berupa pohon yang berasal dari kawasan
Malaysia, kemudian
menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya
di dunia termasuk
Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur
pekarangan (home
yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan
sebagai tanaman
peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah
belimbing dikenal
dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang
populer dan digemari
masyarakat adalah belimbing “Florida”.
2.
JENIS TANAMAN
Dalam taksonomi
tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kingdom : Plantae
(tumbuh-tumbuhan)
2) Divisi :
Spermatphyta (tumbuhan berbiji)
3) Sub-divisi :
Angiospermae (berbiji tertutup)
4) Kelas :
Dicotyledonae (biji berkeping dua)
5) Ordo : Oxalidales
6) Famili :
Oxalidaceae
7) Genus : Averrhoa
8) Spesies : Averrhoa
carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing
wuluh)
Di Indonesia dikenal
cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas
Sembiring, Siwalan,
Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu,
Wijaya, Paris,
Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah
dilepas dua varietas
belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.
3.
MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman
ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah
olahan ataupun obat
tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan
lingkungan, antara lain
dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan
bermotor, dll,
menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan
dari pencemaran
karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan,
penanaman belimbing
di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah
dalam usaha gerakan menanam
sejuta pohon.
4.
SENTRA PENANAMAN
Sentra/pusat
penanaman tanaman belimbing sebagai usahatani secara intensif dan
komersial adalah
Malaysia. Pada tahun 1993 negara ini mampu mengekspor buah
belimbing segar
sebanyak 10.220 mt (metrik ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok
ke Hongkong,
Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat.
5.
SYARAT TUMBUH
A. Iklim
1) Untuk pertumbuhan
dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena
dapat menyebabkan
gugurnya bunga atau buah.
2) Curah hujan sedang,
di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali
menyebabkan gugurnya
bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
3) Tempat tanamnya
terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan
intensitas penyinaran
45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat
terlindung).
4) Suhu dan
kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak
basah), C (basah),
dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling
baik di daerah yang
mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering
B. Media Tanam
1) Hampir semua jenis
tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk
tanaman belimbing.
Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik, aerasi dan
drainasenya baik.
2) Derajat keasaman
tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
3) Kandungan air
dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah
permukaan tanah.
C. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat
yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah
sampai ketinggian 500
m dpl.
6.
PEDOMAN BUDIDAYA
A. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
dan Bibit
Teknologi produksi
bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk
unggul atau pembiakan
secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan).
Pembiakan secara
generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu
memberikan keturunan
berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh
karena itu, pembiakan
generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan
bibit batang bawah (onderstam)
yang kelak digunakan pada perbanyakan
vegetatif.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan bibit
unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif
(cangkok, okulasi,
susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif
dengan cara
penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah
atau bibit onderstam
yang berasal dari biji (pembiakan generatif).
Tata cara penyiapan
batang bawah untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai
berikut:
a) Pilih buah
belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta
berasal dari varietas
unggul nasional ataupun lokal.
b) Ambil (keluarkan)
biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung
dalam suatu wadah.
c) Cuci biji
belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.
d) Keringanginkan
biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya
berkisar antara 12–14
%e) Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau
langsung disemai di
persemaian.
3) Teknik Penyemaian
Benih
Penyiapan lahan
persemaian meliputi tahapan sebagai berikut:
a) Tentukan (pilih)
areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan
tanahnya subur.
b) Olah tanahnya
cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian
dikering-anginkan
selama ± 15 hari.
c) Buat bedengan
selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung
keadaan lahan. Arah
bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.
d) Tambahkan pupuk
kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas
bedengan sambil
dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian
rapikan bedengan
dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
e) Tancapkan
tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan
di sisi Barat 75-100
cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu
sambil diikat.
f) Pasang atap
persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening
(transparan),
sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap
disemai biji
belimbing.
Tatalaksana menyemai
biji belimbing adalah sebagai berikut:
a) Rendam biji
belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C)
selama 30 menit atau
lebih.
b) Kecambahkan biji
belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah
di tempat yang lembab
selama beberapa waktu.
c) Semai biji
belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya
adalah biji disebar
di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak antar
alur sekitar 10-15
cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.
d) Biarkan kecambah
tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan bibit
selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a) Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2
kali sehari atau tergantung
keadaan
cuaca.
b) Pemupukan dengan
pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang
dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10
liter untuk disiramkan pada media.
pesemaian setiap 3
bulan sekali.
c) Pengendalian hama
atau penyakit dengan cara memotong bagian yang
terserang parah, perbaikan drainase tanah dan
penyemprotan pestisida pada konsentrasi
rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan5) Pemindahan Bibit Penyapihan
(pendederan bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau
keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk
kandang.
B. Pengolahan Media
Tanam
1) Persiapan
Luasan minimum yang
diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m2,
yang dapat menampung
bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan
untuk pohon induk
dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan
operasional. Syarat
utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi
tanaman, sebagai
indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan
pohon enau, karena
umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak
mengandung air. Ciri
lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut
berada di suatu
lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbing
di dataran rendah
sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah
antara 50–200 cm
dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah
lahannya subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan
drainasenya baik,
serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang
mempunyai iklim
antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
2) Pembukaan Lahan
Tentukan areal lahan
yang strategis dan subur, cara pengolahan lahan
(pembajakan/pengarukan
dan pencangkulan) tanah lahan cukup dalam antara
30–40 cm hingga
gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari.
Tambahkan pada tanah
lahan yang telah diolah pupuk kandang yang matang dan
halus sebanyak 2 kg/m2 kemudian
rapikan bedengan sambil dicampurkan dengan
tanah atas secara
merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau
bambu atau cangkal
dan selanjutnya lahan siap ditanami.
3) Pembentukan
Bedengan
Bedengan dibuat
dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya
tergantung keadaan
lahan. Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.
Pasang (tancapkan)
tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150
cm, dan di sisi Barat
75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil
diikat. Selanjutnya
pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening
(transparan) sehingga
bedengan siap digunakan
C. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola
Tanam
Penetuan jarak tanam
dan pola tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan
yang ada. Pada
umumnya, bila areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar
tanaman belimbing
dibuat sekitar 6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan
jarak tanam 5 x 5 m
dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara
permanen dan
dipelihara intensif.
2) Pembuatan Lubang
Tanam
Sebelum bibit
ditanam, terlebih dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam
berukuran 50 x 50 x
50 cm. Lubang digali sedalam 50 cm, separuh tanah galian
bagian atas
dipisahkan, lubang diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah
cukup dianginkan,
tanah dibagian atas dicampur dengan pupuk kandang ayam
dengan perbandingan
1:1. Selain itu juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1
genggam per lubang
tanam. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu
dimasukkan kembali ke
dalam lubang.
3) Cara Penanaman
Lubang yang sudah
dipersiapkan untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi
pupuk tidak langsung
ditanami, tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru
ditanami. Bila yang
ditanam bibit okulasi klon B17, maka pada waktu ditanam di
lapang harus
dikombinasikan/diseling dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8
tanaman B17
ditengah-tengahnya ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk
membantu penyerbukan,
karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17
ini bersifat male
sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam
penyerbukannya.
D. Pemeliharaan
Tanaman
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Penjarangan dan
penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang
dan distribusi
makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini
diusahakan tidak ada
buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon
diperkirakan hanya
ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar.
Penjarangan dilakukan
saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga
bermekaran.
2) Penyiangan,
Pembubunan dan Perempalan
Penyiangan,
pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing
menghasilkan buah
secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Penyiangan dilakukan
dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuktanaman agar tanaman tidak
saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi
buah dan memudahkan
pemanenan.
3) Pemupukan
Pemupukan untuk 3
bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam
dengan 50 gram
NPK/pohon. Umur setahun 25 kg pupuk kandang dengan 150
gram NPK/pohon. Umur
2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang dan 500 gram
NPK/pohon, dan umur 3
tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1
kg NPK/pohon. Untuk
media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot
(tabulampot)
pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi
pupuk dasar berupa
campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20
gr atau 2 sendok
makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot.
Setiap sebulan sekali
dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr
dilarutkan dalam 10
liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam
pot hingga tampak
cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai
berbunga dan berbuah
diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon
(pot)/tahun. Waku
pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga,
setelah berbuah, dan
seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan
pemupukan 3 kali
masing-masing 1/3 dosis.
4) Pengairan dan
Penyiraman
Tanaman belimbing
banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah
yang sepanjang tahun
mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah
yang kering tanaman
perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila
tanaman perlu disiram
yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon
sudah mulai layu.
Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb)
atau disiram sampai
daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh
air, tanaman ini
kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan
air segera dialirkan
ke luar kebun agar tidak menggenang.
5) Waktu Penyemprotan
Pestisida
Sebagai pencegahan
terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu
dilakukan
penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2
minggu sekali,
misalnya dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan
dengan dosis yang
tertera pada kemasan
7.
HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
1) Lalat buah (Dacus
pedestris)
Lalat ini berwarna
coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur,
pinggangnya ramping,
bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan
transparan. Lalat
betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas
menjadi larva. Larva
inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga
menyebabkan bususk
dan berguguran. Pengendalian:
dilakukan dengan cara
pembungkusan buah
pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar),
mengumpulkan dan
membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah
pohon, memasang sex
pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua
bekas.
2) Hama lain: kutu
daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar.
Pengendalian: kutu daun dan semut dapat disemprot dengan insektisida
yang
mangkus seperti
Matador 25 EC dll, sedangkan kelelawar harus dengan cara
dihalau.
B.Penyakit
1) Bercak daun
Penyebab: cendawan
Cercospora averrhoae Fres. Gejala:
terjadi bercak-becak
klorotik berbentuk
bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang
berat menjadi kuning
dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda tau
stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong
(amputasi) bagian tanaman
yang sakit dan
disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan,
dll.
2) Penyakit kapang
jelaga
Penyakit ini hidup
sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu
putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh
warna hitam, sehingga dapat
mengganggu proses
fotosintesis. Pengendalian:
disemprot dengan fungisida
yang mangkus,
misalnya Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan
8.
PANEN
A. Ciri dan Umur
Panen
Umur panen (petik)
buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi
penanaman, yaitu
faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya
basah, umur petik
buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah
atau 65–90 hari
setelah bunga mekar.
Ciri buah belimbing
yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar
(maksimal), telah
matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau
kuning atau merah
atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas
belimbing.
B. Cara Panen
Cara panen buah
belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya.
Pemetikan buah
berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah
matang. Waktu panen
yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan
sebelum cuaca terlalu
panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera
dimasukkan
(ditampung) dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau
rusak.
C. Periode Panen
Periode panen buah
belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun
setelah tanam.
Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus
sepanjang tahun, masa
panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam
setahun.
D. Prakiraan Produksi
Potensi
hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara
permanen dan
dipelihara intensif dapat mencapai antara 150–300
buah/pohon/tahun.
Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250–
400 pohon dengan
produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata
160 gram, maka
tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton.
9.
PASCA PANEN
Seusai panen
belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila
jumlahnya melimpah
(banyak). Tahapan penangan pascapanen buah belimbing
adalah sebagai
berikut:
A. Pengumpulan
Kumpulkan buah
belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.
B. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan
tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan
(buang) buah yang
rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah
dari kotoran yang
mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).
C. Penyimpanan
Simpan buah belimbing
dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk
persediaan keluarga,
atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di ruangan
pendingin bersuhu
antara 5-20 derajat C.
D. Pengemasan dan
Pengangkutan
1) Bungkus tiap buah
atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue
atau polysterene net.
2) Masukkan buah
belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang
bagian dasar dan
dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi
maksimal 3 lapis buah
belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di
bawah. Buah belimbing
yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat
penjualan/penampungan